Sunday, February 20, 2011

Hati Yang Harus Berkorban

Waktu terus berlalu,desiran angin pantai yg menyejukkan jiwa dan hatiku....
Sekitar pantai tiada satu orang pun kecuali aku dan sahabatku...
Saat itu kami sedang bercengkrama di iringi desiran ombak yg menyentuh kaki kami,menjadi suasana romantis bagi orang yg sedang kasmaran...
Tapi kami? Hanya sebatas sahabat dekat,aku dan dia membicarakan tentang sekolah yang kami mau masuki setelah ujian berlangsung,ternyata pilihan SMP kami sama. Kami berharap bisa 1 kelas,sedang membicarakan hal tentang ujian kemarin. Tiba"aku merasa ada yang aneh dgn mata dan kepalaku,terasa pening dan cukup sakit. Akhirnya,kami memutuskan untuk pulang dan bertemu lagi besok. Aku berfikir,aku hanya kelelahan...
Keesokkan harinya aku menunggu dia di pantai kemarin,tetapi dia tidak muncul juga dihadapanku. Aku memutuskan untuk pulang,dan berjalan dengan kecewa...
Setelah 1 minggu berlalu dari kejadian pantai itu,aku pun masuk sekolah untuk pertama kalinya.
Aku senang karena kami berdua sekelas. Waktu terus berjalan,lama kelamaan aku semakin dekat dengan dia. Saat mengetahui kalau sahabat ku disukai teman sekelasku,aku pun merasa sedih dan entah mengapa?
Sampai dirumah aku menanyakan hal ini ke kakak ku,menurut kakak ku aku menyukai dia. Apakah mungkin? Tapi,aku merasa tidak enak dengan teman sekelasku. Karna dia juga menyukai dia.
Aku bingung,sikapku terhadapnya bukan sebagai sahabat lagi. Tetapi seperti sepasang kekasih yang tidak menjalin hubungan apapun. Waktu berjalan,aku tidak kuat memendam perasaan ini terlalu lama. Aku menyatakan perasaan ku kepada dia,tetapi dia memikirkan hal yang berbeda kepadaku. Dia memilihku sebagai teman,karena dia sudah mempunyai perempuan yang singgah di hatinya.
Aku menangis,saksi bisu yg menjadi tempat pengakuanku menjadi sepi dan sunyi. Hanya suara desiran ombak yang mengisinya,dan tangisan ku yang ikut mengisi desiran ombak itu.
Keesokan harinya,aku berjalan di pesisir pantai. Tiba"dia dan perempuan itu berjalan mesra di pesisir pantai,mataku dan matanya hanya bisa berbicara. Airmata ku tak bisa ku bendung lagi,aku berlari sekuat tenaga. Dan tiba"semua gelap,dan aku terjatuh di atas pasir putih.
Saat aku membuka mataku,aku berada di ranjang yg penuh dengan alat"dokter. Sungguh tak percaya,dia ada dihadapanku sekarang,menangis tidak berdaya.
"Sudahlah,jangan menangis. Aku tidak apa",mungkin aku akan segera sembuh".kataku sambil menangis.
"Kenapa? Kenapa kau tidak cerita kalau kau menderita penyakit ini?"katanya sambil terisak.
Aku tersenyum"Jaga dirimu baik-baik,dan 1 lagi. Jaga perempuan yang ada di pantai itu. Makasih telah mengisi hariku yg sepi,sampai jumpa di surga". Lelaki itupun menangis karna sosok "aku"telah tiada,dan pantai yang menjadi saksi bisu pengakuan perempuan itu menjadi lusuh dan rapuh.

0 comments :

Post a Comment