Saturday, December 3, 2011

Aku,Ia,Dan Dia

Ada seorang gadis manis yang bernama Stefany Putri Anggaeni. Putri satu-satunya dari keluaraga Haris yang berumur 14 tahun. Stef,biasa dipanggil teman-temannya. Stef bersekolah dislah satu kelolah menengah pertama di dekat rumahnya. Modeling dan Photography adalah kebiasaannya di luar sekolah,gadis ini aktif untuk mencari tempat foto yang bagus di luar Jakarta.
Hobi Stef adalah membawa kemana-mana kamera besar Nikon nya,disekolahnya pada jam istirahat,Stef menyempatkan diri untuk memfoto apa yang ada disekolahnya untuk objek fotonya itu. Selain itu foto-foto siswa hasil jepertan Stef juga sering terpampang di mading sekolah. Stef juga hobi memfoto siswa yang ada disekolahnya,terutama Jeremy Hans murid yang terkenal dengan keahlian nya dibidang musik dan moderen dance. Stef terpesona dengan keahlian Jer,Jer juga photogenic jadi cocok untuk model “Hidden Photos” nya.

        Stef diam-diam memendam perasaan pada Jer,tapi ada satu hal yang membuat Stef tidak nyaman jika menyukai Jer. Yap,Rebeca Cintya Nathalia. Gadis yang sangat terkenal disekolahnya,sebut saja Cintya. Gadis itu adalah kekasih Jer dari kelas 2. Stef hanya bisa menyukai Jer dalam hati,tak mau berharap lebih,dan ia juga berfikir Jer sangat menyayangi Cintya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Stef sekelas dengan Jer,pada waktu itu Jer mendapat tugas kelompok bersama Stef,Maria,Arika dan Tomas. “Tugas nya dikerjain dirumah Stef aja” usul Arika. “Hmmm,boleh kok” Stef menyetujui usul Arika. Sepulang sekolah mereka semua pergi kerumah Stef. Tiba dirumah Stef,mereka langsung mengerjakan tugas yang diberikan. Tiba-tiba Arika ingin pergi ke kamar mandi “Aduh,pengen kebelakang nih gue” Arika gelisah dan kelihatan mencari toilet. “Deket kamar gue aja,atau di dalem kamar gue juga ada kamar mandi kok” Stef memberi petunjuk “Kamar lo aja” Arika berlari dan “Braaakkkk!!!” pintu kamar Stef dibanting begitu saja oleh Arika karena tergesa-gesa menahan untuk ke kamar mandi.

        Setelah dari keluar dari kamar mandi,Arika sadar ia melihat banyak sekumpulan foto tertempel didinding kamar Stef dan ia terkejut melihat banyak sekali foto Jer yang terpampang disitu. Kekagetan Arika juga tak sampai disitu,ia melihat 4 botol tabung oxygen dan obat jantung yang biasa ia lihat untuk kakeknya. “Ya Tuhan” Arika sangat terkejut melihat semua benda itu. Ia lalu keluar dari kamar Stef. Selesai sudah tugas kelompok yang mereka kerjakan,Aarika yang penasaran mengajak Stef untuk berbicara  “Stef,gue mau Tanya boleh?” Arika ragu “Boleh,kenapa? Kok kayak panic gitu?” Stef heran dengan raut muka sahabatnya itu “Ummm,lo punya penyakit atau semacamnya gitu?” Deg! Stef terdiam,stef ingat ia menaruh tabung oxygen dan obatnya dikamar. “Lo jantung Stef?” Tanya Arika kembali,Stef mengangguk dan menangis “ Tapi jangan bilang siapa-siapa yah,gue gak mau buat semua orang khawatir sama gue. Jadi gue gak bilang kalo gue punya penyakit ini” jelas Stef sambil menangis “Ya ampun Stef,kenapa lo gak cerita dari dulu sih? Jer,Arika sama Tomas gue kasih tau ya?” Tanya Arika yang bermaksud membagi curahan sahabatnya itu.

        Stef hanya mengangguk “Tapi cukup mereka aja yang tau. Kalo Jer,biar dia tau sendiri aja yah” pinta Stef pada Arika. “Ummm,ngomong-ngomong Jer. Lo suka yah sama Jer?” perntanyaan yang sama sekali membuat hati Stef kaget setengah mati. Stef mengangguk pelan. Arika tersenyum melihat sahabatnya jatuh cinta. “Gue gak berharap banyak dari Jer” Jujur Stef “Kok? Ohhh,Cintya yah? Perasaan kan gak bisa dipaksa Stef.” Jelas Arika “Tapi gue gak mau berharapa banyak banget. Sia-sia juga,hidup gue gak lama” Stef terisak “Maksud lo apa sih Stef!? Jangan ngomong gitu ah!” Arika kesal dengan perkataan sahabat nya itu. “Gue divonis 1 bulan sama dokter,cuman keajaiban yang bisa ngerubah nasib gue lebih panjang lagi” Jelas Stef terisak,Arika tak bisa berkata apa-apa ia hanya menangis dan terisak. Dalam tangis kedua sahabat itu terhanyut. Keesokan harinya Stef datang dengan muka yang pucat pasi,Jer menghampirinya “Lo kenapa Stef? Gak apa-apa?” Tanya Jer khawatir “Gak apa-apa,gue cuman gak enak badan” bantah Stef “UKS aja yuk?” ajak Jer dan Stef hanya menggeleng “Maria,Arika! Panggil guru! Ini Stef sakit,pucet mukanya.” Jer yang melihat mereka berdua jalan menghampiri Stef yang pucat “Iyak sabar ah! Stef UKS dulu yuk?” Tawar Maria dan Stef hanya menggeleng “Yaudeh,gue cari guru dulu. Jagain Stef lu!” perintah Arika yang memanfaatkan situasi ini. “Lo dingin gak?” Tanya Jer bermaksud membuka pembicaraan “Sedikit” Stef gugup. Tiba-tiba jaket Jer di pakaikan pada pundak Stef “Ya Tuhan!” dalam hati Stef gugup sekali dan mukanya merah merona.

        Tapi ada sepasang mata yang memperhatikan mereka,Cintya yang terbakar api cemburu melihatnya. Keesokan harinya Stef tidak masuk sekolah karena sakit, sahabatnya bermaksud untuk menjenguknya. Sesampainya dirumah Stef mereka disambut oleh bundanya “Eh… Temen-temennya Stefany yah? Ayo masuk-masuk,Stefany nya di infuse. Naik aja kekamarnya” Bunda Stefany mempersilahkan mereka masuk. Sesampainya dikamar Stef,Jer terkejut dengan melihat banyak tabung oxygen dan obat-obat yang biasa ia beli diapotik untuk ayahnya yang mempunyai penyakit jantung. “Lo sakit jantung Stef?” Jer kaget dengan semua barang-barang itu.
Stef hanya mengangguk dan diam,Bundanya masuk dengan membawakan makanan kecil dan minuman untuk Jer,Tomas,Arika,dan Maria. “Ayo diminum dulu” tawar Bunda Stef. Bundanya kembali keluar untuk menyiapkan makan siang Stef. Tiba-tiba mata Jer terbelalak melihat fotonya terpampang di dinding kamar Stef “He,Ini foto gue?” kata Jer heran. “Ekhmm,Stef jelasin dong” Kata Maria menggoda Stef. Semua tertawa penuh canda,tapi Tomas menyela candaan itu dengan pertanyaan yang tidak logis “Masih sayang gak lo sama Cintya?” Tanya Tomas pada Jer. Semua terdiam,Stef menyiapkan oxygen karena ia tau pasti jawabannya adalah nihil. “Masihlah!” Jawab Jer datar,Stef anfal,nafasnya tersengal-sengal dan ia cepat-cepat menghirup oxygen yang ada disampingnya. “Eh! Elu sih Jer” Maria kesal dengan jawaban Jer yang membuat Stef anfal “Loh kok gue sih?” Jer heran.

        “Gue kasih tau aja yah Stef? Biar gak kayak gini?” Maria memberi usul pada Stef tapi Stef hanya diam dan menahan tangisnya Jer yang tepat berdiri disebelah ranjang Stef diepulaknya erat oleh Stef “Gue suka sama lo jer,tapi gue takut sama cintya yang kayak gitu. Gue takut!” Jer tak bisa berkata-kata dengan perlakuan Stef seperti itu. Ia hanya merangkul Stef dan diam. “Ngomong!” bentak Arika “Gue bingung!” Jer bingung dan hanya diam seribu bahasa. “Yaudah seengganya lo harus tenangin Stef dulu” kata Maria memberi saran “Tapi gue bingung” Jer tetap tak tahu harus berkata apa. “Besok kita kesini deh buat nenangin lo Stef,biar si Jer dapet kata-kata yang pas dulu” Kata Tomas memberi usul. Akhirnya Stef menyetujuinya. Mereka pulang kerumah masing-masing.




                Esoknya Stef dikabarkan koma dirumah sakit. Semua sahabat nya terkejut “Ya Tuhan!” kata Maria sangat-sangat terkejut mendengar nya. “Nanti pulang sekolah kita harus kerumah sakit!” Kata Arika panik. Sepulang sekolah mereka menuju rumah sakit, mereka mendapati bunda Stef yang sedang menangis terisak disamping suaminya. “Gimana tante keadaan Stef?” Tanya Arika pada bunda Stef. “Masih keritis Arika,tante gak tau lagi harus apa? Dia koma” Bunda Stef menjelaskan sambil terisak. Semua disitu berdo’a dan terus meminta pada Tuhan agar Stef bisa sadar dan diberi kesembuhan. Dokter keluar dari IGD,semua perhatian tertuju pada sang dokter “Mohon maaf. Stef kritis,kami sudah berusaha.” Dokter pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa “Tapi dok,saya akan melakukan apapun demi anak saya. Asalkan ia bisa sembuh” Pinta Ayah Stef “Maaf pak,operasi Jantung juga akan sia-sia karena kami tidak mau mengambil resiko. Anak bapak kemungkinan sembuhnya sangat kecil.” Dokter menjelaskan “Lalu apa yang saya harus lakukan dok? Apa dirujuk ke Rumah Sakit Spesialis Jantung di Singapura?” Ayahnya panik dan tak mau kehilangan putrid nya itu. “Berdo’a pak,kita hanya meminta pada Tuhan agar keajaiban datang” Dokter sangat pasrah. Tiba-tiba suster berlari dari ruang IGD “Dok! Stefany sadar! Tapi kondisinya sangat kritis” Suster panik dan semua masuk kedalam IGD.

        “Bunda Ayah….” Stef berkata dengan lirih “Stef mau pergi,maafin Stef yah Bunda Ayah…” Stef menitikan air mata “Iya sayang,Bunda ikhlas… Bunda ikhlas…” Bundanya sudah putus asa dan mengikhlaskan anaknya “Ayah juga sayang…” Ayah nya juga sudah putus asa dengan penyakit yang diderita anak semata wayangnya itu. “Stef sayang kalian teman-teman. Stef sayang sama Jer,Maafin Stef yah jer… Udah ganggu hubungan Stef sama Cintya” Pelahan Stef menutup matanya dan ia menghembuskan nafas yang terakhir kalinya. Semua menangis,tapi tidak untuk Jer,Jer hanya menatap sayu ketika tubuh Stef ditutupi kain putih oleh dokter. Pemakaman Stef dimulai setelah itu,semua dalam keadaan duka dan haru. Stef,gadis manis yang setiap hari membawa kamera kemanapun ia pergi telah tiada dan meninggalkan mereka semua. Jer termangu ketika jenazah Stef dikuburkan. Pemakaman selesai,Jer memutuskan untuk kerumah Stef dan melihat kamarnya bersama Arika,Tomas,dan Maria. Tiba dikamar Stef,Jer melihat foto-foto kenangan Stef yang sangat ceria. Ia kaget,ada secarik kertas diatas meja belajar Stef yang bertuliskan :

Tuhan,sampaikanlah cintaku dan sayangku pada Bunda dan Aayah… Sampaikan juga salam ku pada Maria,Arika,dan Tomas. Untuk Jer tercinta yang selalu mengerti dan perhatian padaku terimakasih yang terdalam sampaikan padanya. Cintai dan Sayangilah mereka sebagai mana Kau mencintai dan menyayangiku. Gadis kecil ini sudah berjalan setapak diatas duri-duri yang tajam,menggenggam angan untuk bekal di akhir nanti,menyongsong cahaya putih suci bersih untuk menggapai cinta sejati. Tapi tidak ada satupun kesyahduan dan kehakikian yang ia dapat,ia telah menghadapMu. Menyerahkan seluruh jiwa dan raganya hanya untukMu. Sudah cukup derita pahit yang dialaminya selama ini,sudah selesai misinya menyongsong cahaya putih tanpa adanya cinta yang hakiki. Gadis ini sudah sepenuhnya milikMu kembali…”

Jer menangis melihatnya,air matanya tak henti mengeluarkan tangis. Melihat si gadis berkamera yang telah tiada,hanya kenangan yang ia dapat. Menyesal tak membalas cintanya,tapi bersyukur karena ia bahagia disurga.

0 comments :

Post a Comment