Seorang sahabat mengatakan pada saya. Dan mengutip sebuah cerita.
Hindari Berkhalwat!
Sahabat setia, jangan pernah merasa
sanggup untuk melindungi diri dari
godaan syetan hanya karena merasa dia
juga wanita/ lelaki yang baik, sama-
sama aktivis organisasi atau
beranggapan sang lelaki sudah seperti
kakak sendiri sehingga dengan
entengnya berduaan kesana kemari.
Ada sebuah kisah tentang seorang
akhwat dan ikhwan yang merasa sama-
sama bisa menjaga diri.
Keduanya telah melaksanakan taaruf
dan siap menikah.
Suatu hari keduanya berniat akan
melihat rumah yang akan mereka
tempati. Setibanya di rumah tersebut
sang akhwat pun meminta izin ke kamar
mandi, tiba-tiba si akhwat berteriak
karena ada kecoa di kamar mandi.
Sang ikhwan bertindak sebagai pahlawan
yang segera mengusir kecoa itu.
Sang akhwat ketakutan, dia memeluk
calon suaminya dengan erat. Alhasil
terjadilah zina di tempat tersebut.
Padahal keduanya sama-sama dianggap
mampu menjaga diri, tapi syetan selalu
ada di mana-mana mereka tak akan
pernah berhenti sampai kita tergoda.
Janganlah seorang laki-laki berkhalwat
dengan seorang perempuan kecuali
dengan mahramnya (H.R. Bukhari)
Dari cerita ini kita bisa mengambil
pelajaran bahwa syetan selalu siap
menggoda siapapun dan kapanpun
bahkan di saat yang tidak disangka-
sangka.
Karena itu daripada kita membuka
peluang untuk berbuat dosa, akan lebih
baik bila kita menghindarinya.
Siap menghindari berkhalwat sahabat
setia?
Enaknya Jadi Perempuan
****
Dirindukan kehadirannya.
Dimanja saat kecilnya.
Dimuliakan saat remajanya.
Laki-laki wajib mengangkat harkat derajat saat menjadi istrinya.
Laki-laki wajib berbakti saat menjadi ibu atau mertuanya.
Laki-laki wajib menjaga marwah dan kehormatan saat tak jadi siapa-siapa dirinya.
Saat suami jadi dokter, perempuan yang jadi istrinya dipanggil Bu Dokter.
Saat suami jadi ustadz, perempuan yang jadi istrinya dipanggil Bu Ustadz.
Saat suami jadi Presiden, perempuan yang jadi istrinya dipanggil Ibu Negara.
Saat suami jadi Bupati, perempuan yang jadi istrinya dipanggil Bu Bupati.
Saat suami jadi Menteri, perempuan yang jadi istrinya dipanggil Bu Menteri.
Semua tidak berlaku sebaliknya, bukan?
Saat perempuan bekerja, jerih payahnya dihitung shadaqah.
Saat perempuan di rumah, jerih payahnya dihitung jihad fi sabilillah.
Saat perempuan mengurus anak, usahanya sama dengan membangun peradaban.
Semua tidak berlaku sebaliknya, bukan?
Pantas saja, jika Setan dan musuh-musuh Islam senantiasa menjadikan perempuan sebagai target.
Pantas saja, takdir lelaki diharuskan memuliakan banyak perempuan.
Sahabat ku,jangan lah sekalipun engkau berhubungan atau menaruh hati pada lawan jenismu sebelum Allah merestuinya dalam akad nikah yang sakral:)